Inspiratif, Alumni MAPK MAN 1 Surakarta ini Selesaikan S3 di Austria
Imam Fitri Rahmadi, alumni MAPK MAN 1 Surakarta, berhasil menamatkan studi S3 Austria. Ia merampungkan studi di Department of Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) Education, Linz School of Education (LSEd), Johannes Kepler Universität Linz, Austria. Disertasinya berjudul Exploratory Studies of User-generated Microgames for Supporting Learning (Studi Eksplorasi Game Mikro Buatan Pengguna untuk Mendukung Pembelajaran). Ia berhasil mempertahankan disertasinya pada ujian promosi doktor (PhD defence) pada Jumat, 15 September 2023.
Penelitian doktoral Imam dibimbing oleh Univ.-Prof. Zsolt Lavicza (Johannes Kepler University Linz, Austria) dan Assoc. Prof. Selay Arkün Kocadere (Hacettepe University, Turki). Adapun dua professor yang bertindak sebagai penguji, yaitu Prof. Jose-Manuel Diego-Mantecón (University of Cantabria, Spanyol) dan Prof. Mehmet Sencer Corlu (Oslo Metropolitan University, Norwegia).
Hal yang mengesankan, baik oleh pembimbing maupun penguji, Imam direkomendasikan untuk mendapatkan nilai terbaik: Sehr Gut (1) - Excellent (outstanding performance with only minor errors).
Ujian promosi doktoral Imam dihadiri secara tatap muka oleh 13 orang dan secara tatap maya melalui Zoom oleh 29 orang dari 13 negara, yaitu Austria, Filipina, Finlandia, Indonesia, Korea, Mesir, Montenegro, Norwegia, Slovakia, Spanyol, Turki, UK, dan Uruguay.
“Studi yang kami lakukan diharapkan mampu membuka wacana baru tentang penggunaan game mikro buatan pengguna Internet untuk mempromosikan pembelajaran singkat namun penuh makna dan menyenangkan,” tukas Imam.
Disertasi Imam dilatarbelakangi oleh ketersediaan game mikro buatan pengguna Internet (user-generated microgames) yang semakin banyak dan mudah ditemukan pada platform pembelajaran terbuka (open learning platform) namun masih minim digunakan untuk mendukung pembelajaran.
“Riset yang saya lakukan didasari atas keprihatinan akan kondisi pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika di sekolah dasar di Indonesia,” tutur dosen asal Wedi, Klaten itu.
Temuan penting disertasi Imam antara lain: bahwa game mikro buatan pengguna banyak memiliki kelebihan (seperti sederhana dan menarik), namun juga memiliki kelemahan (seperti kurangnya hubungan langsung antara permainan dan tujuan pembelajaran) untuk mendukung pembelajaran di sekolah dasar.
Game mikro dari sudut pandang guru sekolah dasar tampak cukup menjanjikan untuk mengajar dan mereka lebih memilih untuk mengintegrasikan game mikro ke tengah sesi pembelajaran utama atau campuran antara skenario yang berbeda untuk tujuan motivasi atau non-kognitif daripada tujuan kognitif.
Temuan penelitian berimplikasi kepada para pengguna (users) platform pembelajaran terbuka untuk memperhatikan tujuan pembelajaran, karakter terbaru, dan kemungkinan bermain bersama dalam mengembangkan game mikro. Bagi guru, mereka diharapkan memanfaatkan game mikro buatan pengguna secara kreatif baik untuk menyampaikan materi pembelajaran, menguasai keterampilan, atau meningkatkan literasi.
Imam yang saat ini menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung dan founder Akademik Ekselen Indonesia (Akselensia) mendapatkan beasiswa dari Indonesia-Austria Scholarship Programme untuk studi S3. Beasiswa itu berasal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bekerja sama dengan Austria’s Agency for Education and Internationalisation (OeAD-GmbH) dan ASEAN European Academic University Network (ASEA-UNINET).
“Indonesia-Austria Scholarship Programme merupakan beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sangat memadai untuk studi doktoral di Austria. Saya berterima kasih dan bersyukur atas apa yang saya dapat selama ini,” kata Imam.
Suka Duka
Imam adalah alumni MAPK MAN 1 Surakarta angkatan 2008. Ia menyelesaikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan S2-nya ia rampungkan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Ia mengaku berjuang keras untuk bisa melanjutkan S3 di Johannes Kepler Universität Linz, Austria. Terutama saat ia belajar bahasa agar dapat memenuhi syarat belajar di luar negeri. Imam mengambil kursus intensif persiapan IELTS di London College, pada saat yang sama ia mengikuti kursus di EF. Ia juga mengikuti sejumlah tes Bahasa yang memakan banyak biaya.
“Perjuangan mendapatkan beasiswa tidak mudah. Saya sudah melamar beasiswa sebanyak 9 kali, beruntung 3 di antaranya dipanggil wawancara. 63 email telah saya kirim ke profesor sebagai calon supervisor,” cerita Imam.
Tidak hanya berhenti di situ, tantangan yang Imam hadapai adalah memulai studi doktoral tepat sebelum pandemi Covid-19, pada pertengahan November 2019. Ia merasakan betul bagaimana studi S3 di Eropa namun berada di tengah kepungan wabah.
Lebih-lebih saat itu anak istrinya belum berada di Austria menemaninya. Untungnya, pelajaran kemandirian yang ia dapat ketika menjadi santri di sebuah pesantren di Solo banyak membantunya untuk survive di negeri orang.
Pada akhirnya, suami Fitria Takhlisi dan ayah dari Arsakaya Raffa Rahmadi Admajaya Daffa Rahmadi itu dapat beradaptasi di Austria dan menyelesaikan studi. Selama studi ia juga terlibat dalam proyek penelitian Erasmus+, yaitu STEAMTeach: STEAM Education for Teaching Professionalism dan STEAM-BOX: Courses, Tools, Resources for Teachers.
Imam menyebut ada tiga dokumen utama yang perlu disiapkan bagi mahasiswa yang ingin studi lanjut di luar negeri. Dokumen utama studi PhD, meliputi; 1) research proposal; 2) motivation letter; dan 3) curriculum vitae. Yang tidak kalah penting, perlu disiapkan cara menghubungi profesor sebagai calon supervisor dan menghadapi wawancara beasiswa.